Kota Banten lama terkenal sebagai salah satu wilayah sakti di Indonesia dengan beragam keunikan di dalamnya.
Baik sisi sejarah, wisata, kuliner, dan berbagai kesenian daerahnya yang tak pernah mati hingga kini.
Dengan hadirnya berbagai julukan yang disematkan pada daerah yang beribukota di Serang ini, maka belum lengkap kalau tidak singgah ke beberapa tempat paling menarik dan recommended dari netizen.
Salah satunya yaitu mengunjungi lokasi desa Masyarakat Baduy yang terkenal akan berbagai adat budaya serta gaya hidupnya yang memasyarakat.
Nah, bicara soal suku Baduy, ada yang menarik loh dari mereka!
Yups, batik Baduy! Yakni batik berornamen khas dan didominasi oleh motif-motif yang menceritakan keseharian bahkan adat masyarakatnya sendiri.
Batik-batik ini juga termasuk dalam hasil kesenian tangan Batik Banten yang juga telah dikembangkan menjadi busana kekinian.
Kamu penasaran kan dengan berbagai batik lainnya dari Banten dan suku Baduy? Yuk simak penjelasannya dari kami!
Batik Banten dan Sejarahnya
1. Batik Memolo atau Memoloan
Motif Memoloan merupakan salah satu jenis batik Banten yang namanya diambil dari bentuk sebuah kontruksi bangunan pada atap menara masjid serta Pendopo Kesultanan Banten.
Memolo ini bisa dikatakan sebagai hiasan atap tempat ibadah umat muslim yang terbuat dari tanah liat bakar menyerupai bentuk bunga bermekaran dan warga mengenalnya dengan istilah ‘mustaka’.
Menelisik sejarah kembali, memolo bisa ditemukan dengan mudah pada berbagai situs peninggalan Kerajaan Islam yang ada di Indonesia.
Untuk metode atau teknik yang digunakan dalam membuat motif memoloan, pengrajin memanfaatkan teknik yang terdapat pada roda putar dengan hiasan bunga-bunga ditambah pola geometris.
Saat menerapkan ragam hias atau motifnya sendiri, mereka juga menggunakan teknik ukir dan metode cungkil.
Karena bernilai seni dan mengandung makna filosofis sebagai benda seni yang indah dalam menghiasi aktivitas keagamaan, khususnya Islam maka saat ini motifnya pun turut dikembangkan.
Ada memolo tumpuk, memolo semi sutra (dilihat dari bahannya), dan lain-lain.
2. Motif Srimanganti
Pada motif Srimanganti bentuk dasar batiknya adalah tumpal yang bergerigi ganda & ceplok lingkaran berdiameter setengah bulatan dalam satu lingkaran.
Variasi lainnya yakni berupa bentuk pigura square atau segi empat, kemudian pada bagian sudut-sudutnya diisi dengan pola setengah lingkaran berisi cecep dan bo’oh bermotif dasar segitiga daun.
Warna yang diusung dominan gelap atau seperti pada gambar, orange bata.
Sebutan batik ‘Srimanganti’ ini sendiri diambil dari nama sebuah ruangan yang ada di keraton.
Sri berarti ‘raja’, sementara ‘manganti’ artinya menanti atau menunggu.
Apabila disimpulkan, maka yang dimaksud srimanganti ialah pintu gerbang beratap yang menghubungkan secara langsung dengan keraton.
Menurut sejarah, nama srimanganti telah tercatat dalam pupuh kronik Sajarah Banten (SB), yang ternyata merupakan ruangan khusus yang ada dalam sebuah bangunan dan digunakan sebagai ruang tunggu bagi tamu-tamu para Raja atau Sultan Banten.
Dalam sebuah penemuan, struktur bangunannya sendiri dipenuhi oleh pondasi yang berasal dari material batu bata serta karang.
Letaknya tepat berada di depan pintu gerbang bagian utara Keraton Surosowan.
Untuk bisa sampai di tempat ini, maka harus lurus dengan watu (batu) gilang, yang tak lain adalah tempat penobatan raja yang ada di selatan lapangan raja (kini sudah berubah dan dikenal sebagai Alun-alun Kota Banten).
Nah, lantai di area Srimanganti inilah yang diperkirakan bisa tembus atau terhubung sampai ke pintu masuk Keraton Surosowan (saat ini hanya tinggal reruntuhan dan puing-puing bangunanya)
3. Motif Debus
Batik debus juga termasuk hasil kerajinan UMKM di bidang seni yang terinspirasi dari alat musik tradisional khas Banten.
Debus sendiri diketahui masih memiliki keterkaitan dengan tarekat Rifai’ah yang diusung oleh Nurrudin Ar-Raniry ke Banda Aceh sekitar pada abad ke-16.
Para pengikut tarekat yang sedang dalam kondisi ‘epiphany’ atau berada di bawah bayang-bayang kegembiraan luar biasa usai bertemu dengan Sang Khalik, mulai menghantam dan membentur-benturkan beragam benda tajam ke tubuh mereka sendiri.
Mereka pun berlindung di bawah kalimat ‘la hawla walla Quwata ilabillahil ‘aliyyil adhzim yang berarti tiada daya dan upaya melainkan Allah semata.
Jadi dengan beranggapan seperti itu, mereka berpikir “Jika Allah mengizinkan dan memberikan petunjuknya, maka pisau, parang, golok, pedang, bahkan peluru pistol sekalipun tidak akan mempan apalagi berhasil melukai mereka”.
Dulunya, kesenian seperti ini digunakan untuk menyebarluaskan ajaran agama Islam.
Namun, saat Belanda menjajah dan pada saat yang sama berada di bawah pemerintahan Sultan Agung Tirtayasa, seni debus berganti haluan dengan memanfaatkannya sebagai alat pembangkit semangat juang rakyat Banten untuk melawan Belanda.
Lambat laun, seiring perkembangan zaman, kesenian debus hanya dijadikan sebagai sarana hiburan semata dan wujudnya diaplikasikan ke dalam batik.
Nilai filosofis pada batik ini yakni perlunya menerapkan nilai-nilai yang berupa religius, kerja sama, pekerja keras sebagai pedoman dalam kehidupan bersamasyarakat dan menjadi bekal di masa mendatang.
4. Motif Pamaranggen
Motif pamaranggen berbeda dengan singayaksa atau pun sabakingking.
Pada batik ini, polanya berbentuk belah ketupat yang dihiasi oleh bunga di bagian tengah-tengahnya, kemudian secara menyeluruh menyerupai ragam hias sayap kupu-kupu.
Kita juga bisa melihat adanya garis berbentuk spiral dan booh yang berasal dari motif utamanya, yakni juga berbentuk spiral.
Seperti pada gambar, dasar motifnya berwarna hijau mengarah ke olive atau hijau pastel ditambah dengan merah burgundi pada motif sayap kupu-kupunya.
Sebutan batik pamaranggen terinspirasi dari nama sebuah pemukiman masyarakat Kota Banten yang rata-rata berprofesi sebagai pembuat keris (yang kalau dulu sering disebut Empu).
Penggunaan batik Banten sekarang ini sudah mulai digunakan oleh masyarakat, terutama penggunaan di kota Serang.
5. Batik Lebak Baduy
Motif batik lebak sadulur ini diwarnai dengan ornamen berupa dua jenis leuit (sebutan untuk lumbung padi masyarakat Baduy Banten) yang berada di wilayah kesepuhan lebak bagian selatan dan jenis leuit khas suku baduy.
Meski sama-sama menggunakan nama ‘leuit’, tetapi jenis keduanya berbeda dengan fungsi serta manfaat serupa yakni berfungsi sebagai tempat penyimpanan atau lumbung padi.
Ornamen tambahan lainnya pada batik ini adalah motif tenun baduy dan alat musik tradisional angklung.
Batik sedulur menyimbolkan sebuah hubungan kekeluargaan, kekerabatan, kesejahteraan, dan pentungnya kebersamaan.
Berikutnya adalah Motif Angklung Buhun yang mirip dengan desain vector.
Angklung buhun & dogdoglojor sejak sekian lama sudah dikenal sebagai kesenian tradisional yang dimiliki olehmasyarakat suku Baduy maupun di kesepuhan lebak bagian selatan.
Ornamennya sendiri dipenuhi oleh angklung, dogdoglojor (semacam bedug), leuit (lumbung padi), dan rumah panggung yang dihiasi dengan pola tenun baduy.
Batik ini menyiratkan akan hubungan yang dinamis di masyarakat dan kebahagiaan.
Berbeda dengan batik Kapurban, batik asal Banten motif seren taun diisi oleh gambaran atau ornamen yang melambangkan budaya atau adat setempat Kesepuhan Lebak Selatan serta masyarakat Baduy.
Batik Seren taun merupakan hasil karya yang berisikan kegiatan adat yang berkaitan erat dengan rasa syukur atas hasil bumi yang mereka peroleh dari Tuhan Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Oleh karena itu, filosofi batik ini melambangkan rasa syukur yang mendalam atas berkah serta kenikmatan yang diturunkan oleh Tuhan.
Pada dasarnya, motif batik lebak mengandung keunikan dan daya pikat tersendiri.
Diketahui juga batik ini memiliki 12 motif yang mengandung serangkaian makna filosofi sesuai dengan budaya masyarakat Baduy; budaya masyarakat Kaolotan, kekayaan alamnya baik berupa tambang, wisata, maupun home industry.
6. Motif Batik Banten Lainnya
Kamu bisa mendapatkan beragam batik khas Banten lainnya seperti pasepen, Leuit Sijimat, Kekupon, ornamen tiga dimensi, ragam hias banteng, dan masih banyak lagi di Batik Mukarnas, UMKM mereka di sosial media, dan lain-lain